Postingan

Serial Rangkat: Kado Buat Bunda

Tak seperti biasanya, studio Radio Rangkat FM hingar bingar pagi ini. Sebenarnya sudah sejak beberapa hari terakhir, ada kesibukan yang sedikit luar biasa dibandingkan hari hari sebelumnya. Di sudut teras depan, ada mas Lala sedang asyik dengan gitar bolong pinjaman dari bang Relly. Di samping ruang siaran mas Hans sedang sibuk memencet tuts keyboard sambil menyimak partitur lagu dihadapannya. Kang Inin memboyong satu set peralatan drum dari rumah kang Edy Priyatna, yang belum sembuh benar. Om Garong tak mau ketinggalan. Sambil memegang mic , sibuk menyanyi sambil menggoyangkan badannya. Lucu, karena iramanya tak sesuai dengan goyangannya. Untung bunda Enggar tak nampak di studio. Beberapa hari ini siaran hanya berlangsung dari playlist yang dipasang untuk beberapa hari, sementara siaran live ditiadakan. Itulah sebabnya, semua sibuk berlatih keras. Entah, mau konser dimana. ##### Tanggal 6 Maret 2012 akhirnya dating juga. Sepanjang hari itu seluruh warga desa Ran

Penghujung Malam

Malam merambat menuju dini, dalam gemeletuk Gigilan perih ujung harap yang tercampak ……… Kutunggu peluk lelahku, kunanti dekap sepiku Kan temani duka citaku sampai pagi ……… tak teraih, meski sejauh tangan menggapai kar’na adamu, hanya diujung mayaku mengelana sepanjang sulur ilusiku menelusuri lembaran kertas kertas putih berhumbalang dalam hembusan sisa angin malam ……… Mestikah abai pada sunyi tepian hati Yang merana menuai derai, tersamarkan rinai Langit tlah tampakkan seringai ……. Mari menghitung mimpi Menina bobokkan segala perih dan kelu diri Menjelmakan menjadi sepotong elegi tuk esok hari Menyongsong fajar, bersemburat jingga berselendang pelangi ---000--- Jakal, 27 april 2012

Serial Rangkat: Senja Memerah Saat Pos Ronda Berubah Wajah

Sore itu pos ronda Rangkat hiruk pikuk, tak seperti hari biasanya yang sepi. Sesekali hanya Dorma yang rajin mengunjungi. Terkadang bunda Enggar datang, membawa sapu lidi dan kain lap, sekedar membersihkan debu yang selalu hinggap di sudut sudutnya yang asri. Mas Ibay sibuk membawa sehelai kertas, mencoret coret sesuatu. Mukanya ditekuk, serius sekali. Entah sedang memikirkan apa, tak lama kemudian disodorkannya kertas itu ke bunda Enggar. senja memerah lembayung mengintip sudut hati perawan saat kepak kelelawar mengganti rama rama surya muram melangkah menuju horizon kau dimana...??? Rupanya mereka sedang meRANGkai KATa, kegiatan yang selama ini mampu membuat kebersamaan di antara mereka semakin erat. Tak ada lagi sekat antara yang tua dengan yang muda, antara warga lama dengan pendatang, semua luruh menyatu. kusibak rerumputan kuterjang semak belukar... serak suaraku titis peluhku... merabai semesta selami benakku... tak juga kutemukan... kau dimana...???

Penjara Pintu Biru

Aku berdiri di balik jendela kamarku yang menghadap arah matahari terbit. Sesekali masih kulihat semburat jingga ke kuning keemasan rona mentari yang menyembul di sela gerombolan awan kelabu berarak membentuk mendung pekat. Angin yang berhembus menerbangkan dedaunan menguning luruh menutup hamparan tanah basah. Aku menghela nafas. Inikah arti sebuah penantian itu ? Penantian yang belum tampak kemana ujungnya bermuara ? …….. Aku menamainya Penjara Pintu Biru. Di sanalah kutemui bayangmu, dalam lembutnya dekapan dan senyum hangat mentari. diantara gemulai lambai ilalang yang menari bersama desau angin menyisir dedaunan ujung ranting terangguk, menyapu tepian pematang ditingkah tawa bocah, semarak susuri tanggul sungai kecil gemericik air, serenade indah nyanyian jiwa tak terkotori nafsu syak wasangka dan rindu dendam dalam dekap rayu memagut senja saat susuri kelok lubuk dan lembah ngarai berhiaskan butir kabut menggumpal menapaki dinginnya malam dan

Serial Rangkat: {FF] Kalah Taruhan

“ maaass….” Mahar merajuk. Mulutnya manyun, wajahnya muram. “ apaan sii …” mas Hans menoleh. Tangannya berhenti di udara. “ ayoooo, buruaaannn….” Mahar menarik tangan mas Hans. Bang Relly, jeng Dwee, dinda Icha tersenyum melihat mereka berdua. “ ehm ehm…masih siang gitu lhoooo …..” serentak mereka menggoda pasangan ini, membuat keduanya tersipu sipu. Pojok Baca Rangkat sudah hampir selesai dikerjakan. Rak buku cantik, buku bacaan melimpah (meski bekas dan layak pakai) karpet, meja kantor di sudut….. Bund Engg muncul membawa baki penuh minuman dan camilan. Seperti biasa,camilan khas Jogja. Kali ini ada geplak,yangko, kipo, ukel, cemplon dan kue ku. “ hayuuukk, istirahat dulu. Kerjaan kok dituruti. Ga bakalan selesai nanti….” Tawarnya ramah. Tangannya sibuk membagi bagikan gelas minuman. Ada beras kencur yang segar, juga kunir asam yang cocok untuk para gadis. Mas Hans dan Mahar sudah menghilang entah kemana. ##### Mas Ibay masuk tergopoh gopoh sambil mengaduh k

Setengah Mati Merindu [Penantian di Candi Plaosan]

Tyas mematikan ponselnya. Dipandanginya gerbang masuk ke candi Plaosan sekali lagi, barangkali yang ditunggunya sejak tadi akan muncul di sana. Tetapi tak ada seorangpun yang menjumpainya. Dia mendesah. Lalu dengan lesu, diseretnya langkah kaki meninggalkan halaman candi. Kembali hatinya diliputi kegundahan yang luar biasa. “ Sampai kapan penantian ini akan berakhir ? “  desisnya lirih. Dipandanginya langit yang mulai semburat jingga. Hari ini hujan tak turun, senja menjadi lebih indah dengan  candik ala  yang merona. Sesekali melintas burung sriti yang bergegas menuju sarangnya, ditingkah cericit kelelawar yang memburu nyamuk. Debu berhamburan di jalanan, tetapi semua tak dihiraukannya. mungkin kau bukanlah jodohku bukan takdirku terus terang, aku merindukanmu setengah mati merindu …… [ Setengah Mati Merindu – Judika ] Tyas bersenandung mengikuti syair lagu Judika…. Sesekali ia tersenyum pada para petani yang melintas atau berpapasan dengannya. Hamparan sawah di

Membelai Senja di Kraton Boko [Edisi Ngidam]

Miranti memandangi tetes hujan dari balik jendela kamarnya pagi itu. Wajahnya muram, pelupuk matanya bengkak sisa tangis semalaman. Hatinya sakit, perih tercabik cabik oleh kemarahan Wahyu. Sebenarnya keinginannya sederhana. Miranti ingin bisa menikmati sunrise dan sunset di perbukitan kawasan Kraton Boko yang legendaris. Mudah bukan ?? Masalahnya, ini minggu yang sibuk bagi Wahyu. Sebagai auditor, dia dituntut menyelesaikan audit proyek pembangunan jembatan penghubung di kabupaten yang ditengarai sarat praktek korupsi. Pak Baroto sudah mengultimatum, agar menyerahkan hasilnya besok hari Jum’at. Duuh, bagaimana ini ? Wahyu betul betul bingung. ………… Wahyu teringat saat pertama kali mereka jadian. Saat itu ujian semester baru saja usai. Wahyu mengajak Miranti bertamasya ke kompleks Kraton Boko yang eksotik. Panas terik siang itu tak mereka hiraukan saat mendaki anak tangga yang jumlahnya ratusan. Peluh Miranti bercucuran, mukanya merona merah, beberapa helai rambutnya menem